Kamis, 05 Mei 2016

Jurnal Mikrobiologi, Mikroskop



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Pada saat sekarang ini,dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat dialam sampai pada mikroorganisme yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang atau berukuran kecil. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi.Para peneliti mulai mencaritahu akan apa yang terkandung pada mikroorganisme tersebut. Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan tehnik atau cara-cara khusus untuk mempelajarinya serta bekewrja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat maupun sifat dan karakteristiknya. Tentu diperlukan pula pengenalan akan alat-alat laboratorium mikrobiologi serta tehnik atau cara penggunaan alat-alat yang berhuungan dengan penelitian tersebut. (Dini, 2013)                                                                  
           Mikroskop merupakan alat bantu utama dalam melakukan pengamatan dan penelitian dalam bidang biologis, karena dapat digunakan untuk mempelajari struktur benda-benda yang kecil. Secara garis besar, mikroskop dibagi atas 2 macam, yaitu mikroskop biasa/mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop yang biasa digunakan adalah mikroskop cahaya dengan perlengkapan optik medan terang dan merupakan alat yang paling dasar bagi seseorang yang hendak mempelajari mikroba.  (Meidi, 2013).
      Pembiakan mikroorganisme dalam laboratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Zat hara yang digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi alam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat dan hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, phospat, oksigen, hidrogen serta unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar media ini dapat ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukeosida. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media berguna untuk mempelajari aktivitas mikroba (dapat dilihat dari perubahan zat di dalam media), mengetahui pengaruh suatu bahan terhmadap pertumbuhan mikroba, mengetahui zat tertentu yang dihasilkan oleh jenis mikroba tertentu. (Edi, 2014).
       Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari kita pasti berhubugan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme berada dimana-mana.mikroorganisme bisa menguntukan atau merugikan, hal tersebut dapat dilihat dari morfologinya. Oleh karena itu pengetahuan mengenai mikrobiologi semakin berkembang. Semenjak ditemukannya mikroskop, ilmu mikrobiologi berkembang dengan sangat pesat. Mikroskop merupakan alat yang penting untuk seorang mikrobiolog Mikrobiologi mepelajari mikroorganisme diantaranya protozoa, bakteri, fungi (Viyan, 2011).
          Pada dasarnya panca indra manusia mempunyai keterbatasan sehingga banyak masalah mengenai organisme hanya dapat dipecahkan dengan bantuan alat-alat. Salah satu alat yang paling penting (lazim) digunakan yaitu Mikroskop. Mikroskop berfungsi sebagai alat untuk melihat benda-benda terkecil. Sehingga dengan keberadaan dan bantuan alat inikita dapat mengamati objek dan gerakan sangat halus dan tidak dapat diamati dengan mata telanjang (Anonim, 2011).

Tujuan Praktikum
            Untuk mengetahui keanekaaragaman mikroorganisme.


Selasa, 28 April 2015

Manfaat Tanaman Pegagan dan Kandungan Kimianya



 
KLASIFIKASI TANAMAN  PEGAGAN (Centella asiatica)
Kingdom         :  Plantae
Divisi               :  Magnoliophyta
Kelas               :  Magnoliopsida                                
Ordo                :  Apiales
Famili              :  Apiaceae
Genus              :  Centella
Spesies            :  Centella asiatica (L.)




DESKRIPSI TANAMAN
Menurut asal-usulnya, tanaman ini berasal dari Asia Tropik dan tersebar ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai sebutan nama lokal, di antaranya antanan, pegagan, kerok batok, panegowang (Jawa); antanan gede (Sunda); kos tekosan (Madura); pagaga (Makasar); dau tungke (Bugis); kori-kori (Halmahera); dan koloti manora( Ternate).
Pegagan   menyukai lingkungan tanah yang agak lembab, sekaligus mendapat cukup sinar matahari.Oleh karena itu, tanaman ini sering ditemukan tumbuh dengan subur di padang rumput, di pinggir selokan, dan empang-empang sawah.
Pegagan termasuk tanaman herba menahun.Tumbuh menjalar pada tanah sehingga sering digunakan sebagai tanaman penutup tanah.Ia tumbuh dengan baik pada lingkungan yang sesuai dan tidak membutuhkan perawatan khusus.Tanaman ini bias diperbanyak secara vegetative dengan stolon-stolonnya.

Buah

Buah berukuran kecil, berbentuk lonjong dengan ukuran 2-2,5 mm.Buah biasanya mengeluarkan aroma wangi, namun rasanya pahit.

Bunga
Bunga pegagan tersusun dalam sebuah karangan seperti payung.Bunga muncul dari ketiak daun.Tangkai bunga sangat pendek, hanya berukuran 5 mm- 50 mm.

Daun
Pegagan memiliki helaian daun yang bentuknya menyerupai ginjal atau kaki kuda, sehingga tidak heran ada yang menamakannya daun tapak kuda.Helaian daun pegagan merupakan daun tunggal yang memiliki tangkai panjang.Pinggir daun bergerigi dengan penampang 1-7 cm.

Batang
Pegagan biasa disebut sebagai herba menahun tanpa batang.Namun, tanaman ini memiliki rimpang pendek yang merupakanperwujudan batang sekaligus sebagai sarana penyimpan makanan yang berada di dalam tanah.Selain itu, pegagan juga memiliki stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10-80 cm.

Akar
Akar muncul pada setiap bonggol stolon.Bagian tersebut selanjutnya akan berkembang menjadi tanaman baru.Hal itu ditandai dengan terbentuknya rimpang dan munculnya daun pada bagian yang sama.

SYARAT TUMBUH TANAMAN

Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah. Faktor lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif tanaman pegagan, antara lain :

Tinggi tempat
 Tanaman pegagan banyak ditemukan dari dataran rendah hingga dataran tinggi sekitar 2500 m dpl. Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman ini yaitu pada ketinggian 200 – 800 m dpl. Di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan menjadi lebih rendah.

Jenis tanah
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah Latosol dengan kandungan liat sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik. Pada tanah dengan kandungan liat yang cukup kandungan klorofil daun akan tinggi.


Iklim
Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena sistem perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila pegagan ditanam pada musim kemarau dan tanaman mengalami kekurangan air, maka perlu dilakukan penyiraman. Tanaman ini akan tumbuh baik dengan intensitas cahaya 30 – 40 %, sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela (semusim maupun tahunan), misalnya di antara tanaman jagung, kelapa, kelapa sawit, buah-buahan yang tidak terlalu rindang. Di tempat dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan menjadi lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat terbuka. Sedangkan pada tempat-tempat yang kurang cahaya, helaian daun akan menipis, warna memucat. Selain itu juga pada tanah yang kurang subur dapat diberikan pupuk organik atau kompos.

BUDIDAYA TANAMAN
Budidaya pegagan sebaiknya dilakukan di lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari cukup. Adapun teknik urutan penanaman pegagan adalah sebagai berikut;

 Pembibitan.
Untuk membuat bibit, pilih tunas dari stolon yang subur dan telah tua dengan daun kira-kira 2-3 helai, cabut secara hati-hati agar akarnya tidak rusak. Tunas-tunas tersebut kemudian tanam di tempat persemaian dengan media yang baik. Siram pagi dan sore untuk menjaga kelembabannya. Bibit siap dipindah ke lahan setelah menghasilkan 4-6 daun atau berumur kira-kira 6 minggu.

Pengolahan lahan dan penanaman.
Pengolahan lahan dimulai dengan mencangkul lahan secara merata sedalam lebih kurang 25 cm, sambil dibersihkan dari gulma dan pengakarannya. Lahan kemudian diberi pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha, lalu dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1m, tinggi 25 cm dan panjangnya menyesuaikan dengan keadaan lahan. Setelah bibit siap maka bibit dapat dipindah ke lahan. Hal yang perlu diperhatikan adalah saat pemindahan harus dilakukan secara hati-hati agar akar tidak rusak. Tanam bibit dalam bedengan dengan jarak tanam 20x20cm. Biasanya untuk satu hektar lahan dperlukan 100.000 bibit.

Pemeliharaan
Pemeliharaan yang paling utama adalah penyiangan dan pengairan. Pemberian pupuk tanaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur1 bulan di lahan. Beri pupuk nitrogen dengan dosis 300 kg/ha. Pestisida tidak dianjurkan untuk digunakan. Jika terjadi penyerangan hama penyakit maka pemberantasan dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu membuang atau membakar tanaman yang tersearang.

MANFAAT TANAMAN
Tanaman pegagan memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing (diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin yang ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid).
Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki; mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya ingat, mental, dan stamina tubuh; serta menurunkan gejala stres dan depresi, untuk menurunkan tekanan darah, penurunan tidak drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut.

PANEN DAN PASCA PANEN

Panen.
Panen pegagan dilakukan setelah tanaman berumur kira-kira 3 bulan di lahan. Cara panen yang tepat yaitu mencabut tanaman dengan akarnya, kemudian dikumpulkan dalam wadah yang bersih. Jika akan dikonsumsi segar maka daun dapat dicuci bersih dan langsung dapat digunakan. Jika akan digunakan sebagai bahan baku jamu maka perlu dikeringkan dahulu.

Pasca panen
Pertama kali herba pegagan dicuci dengan air sampai bersih, kemudain ditiriskan atau diangin-anginkan kira-kira 1 malam. Dalam keadaan ini bahan disortasi untuk memindahkan bahan asing yang terbawa selama proses selanjutnya. Setelah bahan bersih dari pencemaran kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering, (tandanya adalah bahan mudah dipatahkan). Bahan yang sudah kering atau disebut simplisia ini dikemas dengan kantong plastik and ditutup rapat atau jika akan dikonsumsi dapat langsung digunakan.

KANDUNGAN KIMIA
Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.

SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS

Efek farmakologi utama dari pegagan ini diketahui berasal dari kandungan glikosida triterpenoida yaitu Asiaticoside yang berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat, meningkatkan perkembangan pembuluh darah serta menjaganya dalam jaringan penghubung (connective tissue), meningkatkan pembentukan mucin (zat utama pembentuk mucus) dan komponen-komponen dasar pembentuk lainnya, seperti hyaluronic acid dan chondroitin sulfate, meningkatkan daya kompak (tensile integrity) dermis (jaringan kulit di bawah epidermis), meningkatkan proses keratinisasi (pembentukan keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar kulit, dan meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung.
Begitu juga asiaticoside dan senyawaan sejenis merupakan antilepra (Morbus Hansen). Selain itu dosis tinggi dari glikosida saponin akan menghasilkan efek pereda rasa nyeri. Dikatakan juga, saponin yang terkandung dalam tanaman ini mempunyai manfaat mempengaruhi collagen (tahap pertama dalam perbaikan jaringan), misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (antikeloid), mempercepat penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer). Sementara kandungan vellarine yang ada memberikan rasa pahit.

Kamis, 29 Mei 2014

JURNAL ORDO ORTHOPTERA

                                                             KATA PENGANTAR




Alhamdulillah, puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanlaporan praktikum mata kuliah keanekaragaman hayati ini.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa ilmu dan memberi contoh tauladan yang baik untuk umat di dunia dan untuk di akhirat kelak.

Saya menyadari berbagai kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan dalam laporan praktikum ini.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka seraya terlebih dahulu menyampaikan terimakasih, dan saya mengharapkan kritik serta saran dari para bapak/ ibu yang memeriksa laporan ini.

Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufiq dan hidayah-Nya, semoga laporan praktikum ini bisa dapat bermanfaat.









Medan,Mei 2014


         Penulis
















                                                              PENDAHULUAN


Latar Belakang

Othoptera berarti bersayap lurus, serangga yang tergolong dalam ordo ini melipatkan sayapnya pada saat istirahat secara lurus di atas tubuhnya. Ukuran tubuh sedang sampai besar. Banyak diantaranya yang menjadi hama tanaman pertanian, ada pula yang bersifat sebagai predator (Rizal, 2010).
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya (Anonimus, 2012).

Hama merupakan binatang perusak tanaman budidaya yang berguna untuk kesejahteraan manusia. Tanaman yang mudah terserang hama adalah tanaman sayuran seperti tomat, kol, wortel, sawi dan masih banyak lagi jenis sayuran, beberapa jenis hama perusak adalah, ulat tritip, ulat titik tumbuh, aphis, ulat buah dan lain sebagainya yang jumlahnya ribuan. Binatang peliharaan juga dapat berperan sebagai hama penggangu tanaman, seperti kambing yang dibiarkan berkeliaran dan tidak dijaga dapat memakan tanaman budidaya yang tentu saja dapat mengakibakan kerugian bagi para petani, binatang liar yang hidup di hutan seperti monyet juga dapat menjadi hama, biasanya binatang ini menyrang tanaman budidaya karena sudah tidak mendapat makanan di hutan karena kurangnya jumlah pohon sebagai tempat mencari makan bagi binatang-binatang ini (Wahyu, 2011).

Belalang adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen (disebutstridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan (wikipedia,2012).

Belalang merupakan serangga herbivora, serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan memiliki ovipositor pendek. Suara yang dihasilkan oleh beberapa spesies belalang biasanya dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau abdomen ( disebut stridulasi ). Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat, belalangn memiliki dua pasang kaki, sayap lurus (Wahyu, 2011).






                                                               TINJAUAN PUSTAKA



Ordo Orthoptera termasuk dalam kelas Insekta(serangga). Serangga merupakan hewan yang dominan di bumi ini, terdapat dimana-mana baik di darat maupun dalam air.Dominasi dari serangga tersebut disebabkan karena serangga mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Selain itu serangga memiliki waktu generasi yang singkat dan berukuran kecil. Serangga terdiri atas ratusan ribu jenis, bentuknya sangat bervariasi, ukurannya bermacam-macam mulai mulai dari yang mikroskopis sampai yang makroskopis.
Dilihat dari kepentingannya bagi manusia, serangga ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Manusia memperoleh manfaat dari serangga dengan banyak cara seperti dihasilkannya madu, sutera, buah dan banyak produk lainnya dari hasil penyerbukan tumbuhan yang dibantu oleh serangga. Sebaliknya, banyak serangga yang berbahaya atau sebagai hama perusak. Serangga selain merusak tanaman pertanian bisa pula merusak harta benda manusia, termasuk rumah, pakaian, persediaan makanan, menghancurkan dan mencemarinya.
Ordo Orthoptera (serangga bersayap lurus) Ciri-ciri ordo Orthoptera:
Memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Hewan betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur. Tipe mulutnya menggigit. Contoh dari Orthoptera:
Ordo Orthoptera kalau dahulu orang lebih cenderung melihat kerusakan yang ditimbulkannya tetapi sekarang hewan jenis ini lebih dilirik karena manfaat yang dapat diambil sebagai salah satu sumber protein hewan, pakan hewan ternak,yang telah diteliti kandungan gizinya,sebagai obat dan bahkan sudah dicoba melakukan penelitian untuk dijadikan sebagai hewan yang dapat mendeteksi adanya bom. Untuk itulah penulis membahas tentang Ordo Orthoptera.
Ordo Orthoptera merupakan satu kumpulan serangga –serangga yang agak bervariasi, banyak dari serangga tersebut sangat umum dan sangat terkenal, Kebanyakan dari mereka adalah pemakan tumbuh-tumbuhan, dan beberapa dari serangga ini adalah hama-hama yang penting pada tanaman budidaya. Beberapa adalah pemangsa, sedikit sebagai pemakan bahan organik yang membusuk dan beberapa lagi sebagai omnivor.
Karakteristik Ordo Orthoptera
a. Memilki dua pasang sayap.Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/ mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
b. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
c. Mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.
d. Metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur —> nimfa —> dewasa (imago). Tidak memiiki fase pupa dan larva, telur menetas langsung menjadi nimfa.
e. Pada umumnya merupakan serangga pemakan tumbuh-tumbuhan, beberapa serangga ada yang bersifat predator atau pemangsa dan ada juga yang omnivora.
f. Memiliki bentuk tubuh panjang dan tungkai (femur) membesar yang teradaptasi untuk meloncat, antenna berbentuk benang
g. Hidup pada berbagai habitat diantaranya pada kanopi atau tajuk pohon belukar dan lahan pertanian.
II. Bentuk Umum Serangga
Caput merupakan kepala serangga yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat mulut.
Berdasarkan posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga,
yaitu hypognathous, prognathous, dan ephistognathous.
Hypognathous apabila alat mulutnya menghadap ke bawah, contoh
serangganya adalah belalang Acrididae; prognathous apabila alat
mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya adalah kumbang
Carabidae; dan ephistognathous apabila alat mulutnya menghadap
ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera.









                                                       KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Praktikan dapat mengetahui bagian bagian tubuh serangga.
2. Praktikan dapat mengetahui gejala akibat serangan serangga.
3. Praktikan juga dapat mengetahui ciri ciri dan cara pengendalian serangga.
4. Hama serangga bukan hanya merusak tanaman jati saja tetapi juga tanaman jagung dan tanaman lainnya.
5. Belalang dapat menghasilkan telur sekitar 90 butir lelur dan bertelur pada awal musim panas.
B. Saran
Saran saya pada praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman ini yaitu diharapkan bagi seluruh praktikan yang tidak melengkapi alat dan bahan praktikum agar melengkapi perlengkapannya agar tidak di marahi oleh asdos dan agar tidak di suruh pulang.







                                                           DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2013. Arthropoda. Diakses melalui http://110.138.206.53/bahan-ajar/modul_online/biologi/MO_78/bio111_19.htm pada tanggal 05 Maret 2013. Medan

Anonimus. 2013. Belalang Wikipedia. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/belalang pada tanggal 05 Maret 2013. Medan .

Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta.

Rioardi. 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com/2009/01/21/ordo-ordo-serangga/ Diakses pada tanggal 15 Maret 2013. Medan

Rizal. 2010. Ordo Orthoptera. Diakses melalui http://arrizal-zero.blogspot.com/p/ordo-orthoptera.html pada tanggal 05 Maret 2013. Medan

Sudarmono. 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi. Kanisius. Yogyakarta.

Wardani.Wahyu. 2013. Organisme Penganggu Tanaman. Diakses melalui http://laporan-wahyu-wardani.blogspot.com/ pada tanggal 05 Maret 2013. Medan

Wardani.Wahyu. 2013. Organisme Penganggu Tanaman. Diakses melalui http://laporan-wahyu-wardani.blogspot.com/ pada tanggal 05 Maret 2013. Medan

Senin, 09 Desember 2013

JURNAL PLASMA NUTFAH



KATA PENGANTAR




Alhamdulillah, puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanlaporan praktikum mata kuliah keanekaragaman hayati ini.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membawa ilmu dan memberi contoh tauladan yang baik untuk umat di dunia dan untuk di akhirat kelak.

Saya menyadari berbagai kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan dalam laporan praktikum ini.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka seraya terlebih dahulu menyampaikan terimakasih, dan saya mengharapkan kritik serta saran dari para bapak/ ibu yang memeriksa laporan ini.

Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta memohon taufiq dan hidayah-Nya, semoga laporan praktikum ini bisa dapat bermanfaat.









Medan, 04 januari 2013


                                                                                                             Penulis

















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
PENDAHULUAN..................................................................................................................
Latar Belakang..........................................................................................................
Tujuan Praktikum.......................................................................................................
Kegunaan Praktikum...................................................................................................
TINJAUAN PSTAKA...............................................................................................................
BAHAN DAN ALAT.............................................................................................................
Tempat dan Waktu......................................................................................................
Bahan Dah Alat.........................................................................................................
PELAKSANAAN PRAKTIKUM..............................................................................
HASIL PRAKTIKUM
PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
            Kesimpulan
            Saran
DAFTAR PUSTAKA































PENDAHULUAN
Latar Belakang

Plasma nutfah merupakan koleksi sumber daya genetik yang berupakeanekaragaman tumbuhan, hewan atau jasad renik untuk tujuan yang luas.Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat pada suatu kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar yang baru. Plasma nutfah merupakansalah satu sumber daya alam yang sangat penting karena tanpa plasma nutfahkita tidak dapat memuliakan tanaman, membentuk kultivar atau ras barukarena itu plasma nutfah harus dikelola secara tepat sehingga dari plasmatersebut dilakukan pemulian agar dapat mengembangkan kultivar-kultivar unggul, selain itu koleksi plasma nutfah juga mempunyai tujuan lain misalnyauntuk pertukaran dengan negara-negara lain.

Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini plasma nutfahharus banyak dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah merupakan sumber genyang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekamanlingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selaindari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkanuntuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yanglebih baik.

Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional (http://wikipedia.com). Upaya pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam hayati tidak dapat dilepaskan dari upaya pengelolaan dan pelestarian plasma nutfah selaku pembawa sifat keturunan species keanekaragaman hayati tersebut ( Ja Posman Napitu, 2008). 

Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau ditarik untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Termasuk dalam kelompok ini adalah semua kultivar unggul masa kini atau masa lampau, kultivar primitif, jenis yang sudah dimanfaatkan tapi belum dibudidayakan, jenis liar kerabat jenis budidaya dan jenis-jenis budidaya.

Di Indonesia tempat tumbuh plasma nutfah nabati sebagian besar merupakan hutan tropik, sehingga kaya akan suku dari tumbuh-tumbuhan yang khas tropik seperti Dipterocarpaceae, Sapotaceae, Ebenaceae, Myristicaceae, Meliaceae, Zingiberaceae, Palmae, Moraceae, Rhizopphoraceae, Padananceae dan lain-lain. Di daerah-daerah pegunungan terdapat suku-suku yang mirip suku yang ada pada belahan bumi utara seperti Fagaceae, Rosaceae, Lauraceae, Theaceae dan lain-lain. Di kawasan Indonesia juga dapat tumbuh dengan subur jenis-jenis tumbuhan, epifit, bambu dan benalu, Rafflesia, cendana, ficus dan lain-lain.

Tujuan praktikum
Untuk mengetahui keanekaragaman dari plasma nutfah, macam-macam plasma nutfah, dan usaha pelestariannya

Kegunaan Praktikum
Untuk dapat memahami cara pemanfaatan plasma nutfah melalui biotekologi

TINJAUAN PUSTAKA

Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini plasma nutfah harus banyak dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian seperti tanaman padi dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selain dari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik.
Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional.

 Memanfaatkan plasma nutfah dengan in-situ memungkinkan karakterisasi dan evaluasi tanaman serta memudahkan program persilangan melalui persendian bunga atau serbuk sari secara cepat. Selain itu proses produksi secara klonal dapat mempertahankan kemasan genetic materi. Namun demikian, metode koleksi ini rawan punah, trutama di Negara-negara berkembang yang disebabkan oleh berbagai factor seperti hama penyakit (baik dilapangan maupun penyimpanan), iklim yang ektrim, kebakaran lahan, konflik social, serta perubahan pemanfaatan lahan yang tadinya untuk koleksi plasma nutfah.

Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan cara konvensional ataupun modern/bioteknologi. Kedua cara ini membutuhkan tindakanyang cermat karena sudah barang tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya. Dhanutirto (1990) mengungkapkan bahwa kelebihan cara konvensional adalah menggunakan lahan yang luas (aneka ragam plasma nutfah dapat dilestarikan), sedang kekurangannya sulit memonitor dan kestabilan plasma nutfah sulit dijamin. Lebih lanjut diungkapkan mengenai kelebihan cara modern membutuhkan ruang yang sempit (karena dilakukan secara in vitro), mudah memonitor, tenaga kerja tidak banyak, sedang kekurangannya adalah investasi awal tinggi dan membutuhkan tenaga ahli yang berkualitas. Para ahli mengungkapkan bahwa kedua cara ini tidak dapat dipisahkan, karena pada pelaksanaanya akan saling menunjang. Sejauh ini metode konvensional  sudah banyak berhasil dalam menyelamatkan plasma nutfah yang tentunya sangat berguna bagi kelangsungan hidup mahluk hidup di muka bumi ini.

Menurut Suharto. (2004), sampai dengan saat ini belum ada suatu kebijakan yang berskala nasional, terintegrasi dan komprehensif tentang pengelolaan plasma nutfah. Pengelolaan plasma nutfah terkotak-kotak sesuai dengan lembaga pengelolaanya. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada lembaga pengelola yang satu tidak berdampak pada lembaga lainnya. Selain permasalahan diatas, dalam kebijakan yang adapun hanya tertuang dalam beberapa pasal dalam Undang Undang dan Peraturan-Peraturan pelaksanaan, yang merupakan kebijakan yang bersifat parsial dan (mungkin) kontemporer.dan itu pun tidak secara inflisitmenegaskan makna akan plasma nutfah. Bila dikaji kebijakan-kebijakan yang di keluarkan terakait lembaga pegelola sumber daya alam hayati maka di sangat kurang tegas dinyatakan akan upaya-upaya pengelolaan sumberdaya genetik (plasma nutfah)-nya.

ecara umum sitem pelestarian plasma nutfah secara ex-situ belum memadai. Sampai saat sekarang sistem nasional pelestarian ex-situ yang ada dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebun raya Indonesia, bertanggung jawab pada jenis botani, jadi diutamakan penempatan kelengkapan koleksi tanaman pribumi yang ada di Indonesia. Karena keterbatasan lahan atau areal kebun maka masih diperlukan adanya tambahan terhadapkoleksi botani yang ada dalam kebun raya itu yang dapat ditanam diberbagai tipe tapak pelestairian lainnya. Keanekaragaman plasma nutfah tidak menjadi mandat kebun raya sebab koleksi lebih di tunjukkan kepada keragaman jenis botani.





Kesimpulan

Aplikasi bioteknologi dalam industri pertanian memungkinkan pemanfaatan gen-gen dari plasma nutfah yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan melalui pemuliaan tanaman secara konvensional. Gen-gen dari tanaman yang tidak dapat di pindah silangkan telah disisipkan pada tanaman budi daya dan menjadi sumber ketahanan untuk berbagai hama dan penyakit serta cekaman lingkungan seperti kekeringan dan salinitas.
Plasma nutfah seharusnya dikaji lebih dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian seperti tanaman padi dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selain dari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik.



Sumber: