KLASIFIKASI
TANAMAN PEGAGAN (Centella asiatica)
Kingdom : Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Apiales
Famili :
Apiaceae
Genus :
Centella
Spesies :
Centella asiatica (L.)
DESKRIPSI
TANAMAN
Menurut asal-usulnya, tanaman ini berasal dari
Asia Tropik dan tersebar ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Di Indonesia, tanaman ini dikenal
dengan berbagai sebutan nama lokal, di antaranya antanan, pegagan, kerok batok,
panegowang (Jawa); antanan gede (Sunda); kos tekosan (Madura); pagaga (Makasar); dau tungke (Bugis);
kori-kori (Halmahera); dan koloti manora( Ternate).
Pegagan menyukai lingkungan tanah
yang agak lembab, sekaligus mendapat cukup sinar matahari.Oleh karena itu, tanaman ini sering
ditemukan tumbuh dengan subur di padang rumput, di pinggir selokan, dan
empang-empang sawah.
Pegagan termasuk tanaman herba menahun.Tumbuh
menjalar pada tanah sehingga sering digunakan sebagai tanaman penutup tanah.Ia tumbuh dengan baik pada lingkungan
yang sesuai dan tidak membutuhkan perawatan khusus.Tanaman ini bias diperbanyak
secara vegetative dengan stolon-stolonnya.
Buah
Buah berukuran kecil, berbentuk lonjong dengan
ukuran 2-2,5 mm.Buah biasanya
mengeluarkan aroma wangi, namun rasanya pahit.
Bunga
Bunga pegagan tersusun
dalam sebuah karangan seperti payung.Bunga muncul dari ketiak daun.Tangkai
bunga sangat pendek, hanya berukuran 5 mm- 50 mm.
Daun
Pegagan memiliki helaian daun yang bentuknya
menyerupai ginjal atau kaki kuda, sehingga tidak heran ada yang menamakannya
daun tapak kuda.Helaian daun pegagan merupakan daun tunggal yang memiliki
tangkai panjang.Pinggir daun bergerigi dengan penampang 1-7 cm.
Batang
Pegagan biasa disebut sebagai herba menahun
tanpa batang.Namun, tanaman ini memiliki
rimpang pendek yang merupakanperwujudan batang sekaligus sebagai sarana
penyimpan makanan yang berada di dalam tanah.Selain itu, pegagan juga memiliki
stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10-80 cm.
Akar
Akar muncul pada setiap bonggol stolon.Bagian
tersebut selanjutnya akan berkembang menjadi tanaman baru.Hal itu ditandai dengan terbentuknya
rimpang dan munculnya daun pada bagian yang sama.
SYARAT
TUMBUH TANAMAN
Pegagan bersifat kosmopolitan tumbuh liar di tempat-tempat yang
lembab pada intensitas sinar yang rendah (ternaungi) hingga pada tempat-tempat
terbuka, seperti di padang rumput, pinggir selokan, pematang sawah. Faktor
lingkungan yang berperan dalam pertumbuhan dan mempengaruhi kandungan bahan aktif
tanaman pegagan, antara lain :
Tinggi tempat
Tanaman pegagan banyak ditemukan dari dataran rendah hingga dataran
tinggi sekitar 2500 m dpl. Namun untuk pertumbuhan optimum tanaman ini yaitu
pada ketinggian 200 โ 800 m dpl. Di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan
menjadi lebih rendah.
Jenis tanah
Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik hampir pada
semua jenis tanah lahan kering. Pada jenis tanah Latosol dengan kandungan liat
sedang tanaman ini tumbuh subur dan kandungan bahan aktifnya cukup baik. Pada
tanah dengan kandungan liat yang cukup kandungan klorofil daun akan tinggi.
Iklim
Pegagan tidak tahan terhadap tempat yang terlalu kering, karena
sistem perakarannya yang dangkal. Oleh karena itu faktor iklim yang penting
dalam pengembangan pegagan adalah curah hujan. Apabila pegagan ditanam pada
musim kemarau dan tanaman mengalami kekurangan air, maka perlu dilakukan
penyiraman. Tanaman ini akan tumbuh baik dengan intensitas cahaya 30 โ 40 %,
sehingga dapat dikembangkan sebagai tanaman sela (semusim maupun tahunan),
misalnya di antara tanaman jagung, kelapa, kelapa sawit, buah-buahan yang tidak
terlalu rindang. Di tempat dengan naungan yang cukup, helaian daun pegagan
menjadi lebih besar dan tebal dibanding apabila tanaman tumbuh di tempat
terbuka. Sedangkan pada tempat-tempat yang kurang cahaya, helaian daun akan
menipis, warna memucat. Selain itu juga pada tanah yang kurang subur dapat
diberikan pupuk organik atau kompos.
BUDIDAYA TANAMAN
Budidaya pegagan
sebaiknya dilakukan di lahan yang terbuka dan mendapat sinar matahari cukup.
Adapun teknik urutan penanaman pegagan adalah sebagai berikut;
Pembibitan.
Untuk membuat bibit,
pilih tunas dari stolon yang subur dan telah tua dengan daun kira-kira 2-3
helai, cabut secara hati-hati agar akarnya tidak rusak. Tunas-tunas tersebut
kemudian tanam di tempat persemaian dengan media yang baik. Siram pagi dan sore
untuk menjaga kelembabannya. Bibit siap dipindah ke lahan setelah menghasilkan
4-6 daun atau berumur kira-kira 6 minggu.
Pengolahan lahan dan
penanaman.
Pengolahan lahan
dimulai dengan mencangkul lahan secara merata sedalam lebih kurang 25 cm,
sambil dibersihkan dari gulma dan pengakarannya. Lahan kemudian diberi pupuk
kandang dengan dosis 10 ton/ha, lalu dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1m,
tinggi 25 cm dan panjangnya menyesuaikan dengan keadaan lahan. Setelah bibit
siap maka bibit dapat dipindah ke lahan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
saat pemindahan harus dilakukan secara hati-hati agar akar tidak rusak. Tanam
bibit dalam bedengan dengan jarak tanam 20x20cm. Biasanya untuk satu hektar
lahan dperlukan 100.000 bibit.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang
paling utama adalah penyiangan dan pengairan. Pemberian pupuk tanaman dapat
dilakukan setelah tanaman berumur1 bulan di lahan. Beri pupuk nitrogen dengan
dosis 300 kg/ha. Pestisida tidak dianjurkan untuk digunakan. Jika terjadi
penyerangan hama penyakit maka pemberantasan dapat dilakukan dengan cara
mekanis yaitu membuang atau membakar tanaman yang tersearang.
MANFAAT
TANAMAN
Tanaman pegagan memiliki
fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing
(diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan
(haemostatika), meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma,
antiinflamasi, hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin yang
ada menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat
terjadinya keloid).
Manfaat pegagan lainnya yaitu
meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan kaki; mencegah varises dan salah
urat; meningkatkan daya ingat, mental, dan stamina tubuh; serta menurunkan
gejala stres dan depresi, untuk menurunkan tekanan darah, penurunan tidak
drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut.
PANEN
DAN PASCA PANEN
Panen.
Panen
pegagan dilakukan setelah tanaman berumur kira-kira 3 bulan di lahan. Cara
panen yang tepat yaitu mencabut tanaman dengan akarnya, kemudian dikumpulkan
dalam wadah yang bersih. Jika akan dikonsumsi segar maka daun dapat dicuci
bersih dan langsung dapat digunakan. Jika akan digunakan sebagai bahan baku
jamu maka perlu dikeringkan dahulu.
Pasca panen
Pertama
kali herba pegagan dicuci dengan air sampai bersih, kemudain ditiriskan atau
diangin-anginkan kira-kira 1 malam. Dalam keadaan ini bahan disortasi untuk
memindahkan bahan asing yang terbawa selama proses selanjutnya. Setelah bahan
bersih dari pencemaran kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sampai
kering, (tandanya adalah bahan mudah dipatahkan). Bahan yang sudah kering atau
disebut simplisia ini dikemas dengan kantong plastik and ditutup rapat atau
jika akan dikonsumsi dapat langsung digunakan.
KANDUNGAN KIMIA
Pegagan yang simplisianya
dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside,
thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid,
brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids,
hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium,
magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut
asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar
biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
SIFAT
KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS
Efek farmakologi utama dari pegagan ini diketahui
berasal dari kandungan glikosida triterpenoida yaitu Asiaticoside yang
berfungsi meningkatkan perbaikan dan penguatan sel-sel kulit, stimulasi
pertumbuhan kuku, rambut, dan jaringan ikat, meningkatkan perkembangan pembuluh
darah serta menjaganya dalam jaringan penghubung (connective tissue),
meningkatkan pembentukan mucin (zat utama pembentuk mucus) dan
komponen-komponen dasar pembentuk lainnya, seperti hyaluronic acid dan
chondroitin sulfate, meningkatkan daya kompak (tensile integrity) dermis
(jaringan kulit di bawah epidermis), meningkatkan proses keratinisasi
(pembentukan keratin) epidermis melalui perangsangan pada lapisan luar kulit,
dan meningkatkan efek keseimbangan pada jaringan penghubung.
Begitu juga asiaticoside dan senyawaan sejenis
merupakan antilepra (Morbus Hansen). Selain itu dosis tinggi dari glikosida
saponin akan menghasilkan efek pereda rasa nyeri. Dikatakan juga, saponin yang
terkandung dalam tanaman ini mempunyai manfaat mempengaruhi collagen (tahap
pertama dalam perbaikan jaringan), misalnya dalam menghambat produksi jaringan
bekas luka yang berlebihan (antikeloid), mempercepat penyembuhan luka, dan
melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer). Sementara kandungan
vellarine yang ada memberikan rasa pahit.